Soroti Normalisasi Fenomena Hamil di Luar Perkawinan di Sosial Media, Mahasiswi Prodi Perbandingan Mazhab Tampil di 2nd ICOGEF Universitas Jember
Fenomena normalisasi narasi kehamilan di luar nikah melalui media sosial menunjukkan bagaimana kekuatan representasi digital dap
Yogyakarta, 27 September 2025--Mahasiswa Program Studi Perbandingan Mazhab, Fakultas Syariah dan Hukum UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta kembali berpartisipasi aktif dalam ajang The 2nd International Conference of Gender and Feminism (ICOGEF) 2025. Kegiatan ini diselenggarakan oleh Pusat Studi Gender Universitas Jember (PSG UNEJ) bersama Pusat Penelitian Kesetaraan Gender dan Perlindungan Anak (P2KGPA) Universitas Mulawarman secara daring pada 27-28 September 2025. Konferensi ini bertujuan untuk mempertemukan para akademisi, aktivis, dan praktisi untuk membahas isu-isu global yang mendesak terkait kesetaraan gender, keadilan, dan pemikiran feminis melalui pertukaran akademis interdisipliner. Tema utama konferensi ini adalah tantangan gender kontemporer dan perspektif feminis melalui keterlibatan interdisipliner.
Dalam forum tersebut, mahasiswa Prodi Perbandingan Mazhab yakni Yayik (22103060019), menjadi delegasi dan berhasil mempresentasikan artikel berjudul “NORMALIZATION OF SHAME IN THE DIGITAL AGE: A FEMINIST MEDIA ANALYSIS OF CELEBRITY PREGNANCY AND SOCIAL PRACTICES ON SOCIAL MEDIA”.
Dalam presentasinya, Yayik menjelaskan bahwa Fenomena normalisasi narasi kehamilan di luar nikah melalui media sosial menunjukkan bagaimana kekuatan representasi digital dapat mengubah stigma sosial menjadi simpati, terutama bagi artis dan influencer dengan privilege digital. Narasi personal yang dibangun melalui strategi framing menjadikan kehamilan di luar nikah bukan lagi sekadar aib, melainkan bagian dari kisah perjuangan, keberanian, dan hak tubuh perempuan. Namun, fenomena ini juga memperlihatkan ketimpangan sosial: kalangan masyarakat biasa tetap menghadapi stigma dan sanksi sosial, sedangkan figur publik mampu menegosiasikan moralitas di ruang digital. Oleh karena itu, pendidikan agama dan moral dituntut untuk bersikap adaptif dengan memberikan ruang dialog kritis, agar generasi muda mampu memahami kebebasan personal sekaligus menegakkan tanggung jawab sosial. Dengan begitu, media sosial sebagai ruang baru pembentukan moral dapat diimbangi oleh kesadaran etis yang lebih seimbang dan inklusif.
Melalui forum ini, Yayik tidak hanya memperluas jejaring akademik, akan tetapi mengasah kemampuan berpikir kritis, komunikasi ilmiah, serta keberanian menyaurakan isu-isu yang sering dianggap tabu namun penting untuk dikaji. Selain itu, kegiatan ini menjadi bagian dari kontribusi aktif mahasiswa UIN Sunan Kalijaga dalam pengembangan keilmuan dan dialog akademik lintas kampus.