Hadis Motivasi Beribadah Tanpa Harta
Kontributor: H. Nurdhin Baroroh
عَنْ أَبِي ذَرٍّ أَنَّ نَاسًا مِنْ أَصْحَابِ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالُوا لِلنَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَا رَسُولَ اللَّهِ ذَهَبَ أَهْلُ الدُّثُورِ بِالْأُجُورِ يُصَلُّونَ كَمَا نُصَلِّي وَيَصُومُونَ كَمَا نَصُومُ وَيَتَصَدَّقُونَ بِفُضُولِ أَمْوَالِهِمْ قَالَ أَوَ لَيْسَ قَدْ جَعَلَ اللَّهُ لَكُمْ مَا تَصَّدَّقُونَ إِنَّ بِكُلِّ تَسْبِيحَةٍ صَدَقَةً وَكُلِّ تَكْبِيرَةٍ صَدَقَةً وَكُلِّ تَحْمِيدَةٍ صَدَقَةً وَكُلِّ تَهْلِيلَةٍ صَدَقَةً وَأَمْرٌ بِالْمَعْرُوفِ صَدَقَةٌ وَنَهْيٌ عَنْ مُنْكَرٍ صَدَقَةٌ وَفِي بُضْعِ أَحَدِكُمْ صَدَقَةٌ قَالُوا يَا رَسُولَ اللَّهِ أَيَأتِي أَحَدُنَا شَهْوَتَهُ وَيَكُونُ لَهُ فِيهَا أَجْرٌ قَالَ أَرَأَيْتُمْ لَوْ وَضَعَهَا فِي حَرَامٍ أَكَانَ عَلَيْهِ فِيهَا وِزْرٌ فَكَذَلِكَ إِذَا وَضَعَهَا فِي الْحَلَالِ كَانَ لَهُ أَجْرًا. رواه مسلم
Hadis ini diawali dari adanya keluhan, terus kemudian menjadi aduan yang disampaikan oleh para sahabat dihadapan Rasulullah Muhammad Saw. Mereka mengadu untuk satu jenis ibadah yang tidak bisa mereka lakukan, yaitu bersedekah dengan harta sebagaimana yang dilakukan oleh para sahabat yang kaya atau banyak harta. Sementara untuk ibadah-ibadah yang lain tidak ada masalah artinya para sahabat yang mengadu tersebut juga sama-sama bisa melakukan. Ketidakbisaan mereka bersedekah adalah dikarenakan mereka tidak dititipi harta atau diamanati harta yang banyak serta cukup oleh Allah Swt, sehingga tidak bisa melakukannya.
Apa yang kemudian dilakuukan Rasulullah Saw ? dengan bijak serta lembut Rasul menyampaikan satu nasehat penyejuk serta menggembirakan hati para sahabat yang berkeluh/mengadu, bahwasanya ketidakbisaan bersedekah dengan harta bukan menjadi masalah untuk tetap ikut berlomba-lomba menuju satu kebaikan yang memiliki nilai kesejajaran sama dengan bersedekah dihadapan Allah. Hal ini dikarenakan Allah telah memberikan anugerah jasmani-rohani serta lahir-batin dalam diri kita semua sebagai makhluk mukallaf, yaitu hati dan mulut.
Kesejajaran nilai yang bisa diupayakan oleh hati dan mulut adalah melakukan pembiasaan atau istiqamah untuk melantunkan kalimat-kalimat tayibah sebagaimana matan hadis di atas, yaitu bertasbih, bertahmid serta bertahlil secara jelas/jahr dengan bersuara melalui mulut dan atau secara samar/sirr dengan membatinnya dalam hati. Kelanjutan lain dari fungsi selain untuk tiga kalimat tayibah di atas, bahwasanya sebagai muslim yang baik, bisa diawali dengan niat dalam hati untuk kemudian dilanjut dengan ajakan verbal melalui mulut kepada sesama muslim lain, untuk berkomunikasi yang baik dalam rangka mengajak kepada Al-Amr bi Al-Ma’ruf dan An-Nahy ‘an Al-Munkar.
Terakhir kemudian Rasulullah menjelaskan bahwasannya kebaikan berupa pahala juga bisa diperoleh oleh setiap muslim dan muslimah, dalam hal tekait dengan perkawinan atau pernikahan. Bahawasanya setiap muslim dan muslimah yang telah menikah kemudian menyalurkan syahwat alamiahnya secara ma’ruf kepada pasangannya masing-masing, maka bentuk penyaluran tersebut tidak hanya sekedar penyaluran keinginan pribadi semata, akan tetapi bahkan juga merupakan satu ibadah di hadapan Allah Swt, di mana diawali dengan berdo’a serta ditutup juga dengan lantunan do’a. Perkawinan atau pernikahan tidak hanya menjadi ikatan kuat di antara manusia yang berpasangan semata, akan tetapi bahkan merupakan satu ikatan kuat dalam hal ibadah dihadapan Allah, melalui satu istilah Mitsaqan Ghalizhan. Dengan demikian Agama Islam menolak serta melarang satu bentuk pernyaluran syahwat alamiah selain kepada pasangan syah masing-masing, karena sama sekali tidak bermuatan ibadah akan tetapi bahkan merupakan hal yang dilarang di hadapan Allah.
Matan hadis di atas mengajarkan kepada kita akan luasnya mencari keutamaan ibadah di hadapan Allah, setiap kebaikan dihadapan-Nya juga memiliki pintu-pintu yang beraneka ragam. Dengan harta bisa mendekatkan diri, tanpa harta pun juga bisa mendekatkan diri kepada-Nya. Setiap potensi serta anugerah yang dikaruniakan bisa digunakan untuk beribadah kepada-Nya. Lain dari pada itu, hadis ini juga mengajak setiap muslim untuk memiliki sikap iri atas kebaikan yang telah dilakukan orang lain, sehingga kemudian berlomba-lomba mengikuti kebaikan tersebut. Wallahu A’lam.